1 Jam Ekstra, Agar Allah Tertawa…
Kamis, 15 Mei 2014
0
komentar
- Published on Wednesday, 14 May 2014 07:28
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Para
pekerja di Jakarta dan sekitarnya rela menambah jam kerja mereka
beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam di malam hari, sekedar untuk
pergi dan pulang kerja. Jutaan orang melakukan ini dan tanpa disadari
sudah berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun terakhir, mereka
terpaksa melakukannya karena harus mencapai tempat
kerjanya tepat waktu - di tengah kemacetan jalan yang terus memburuk.
Seandainya saja mereka sukarela meluangkan waktunya 1 jam ekstra di jam
yang lain, akan bisa jadi berbeda hasilnya bagi umat ini.
Satu
jam ekstra ini adalah waktu sahur untuk sholat malam, waktu terbaik
untuk berdo’a dan waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepadaNya. Bila
kita rela membuang waktu kita beberapa jam setiap hari di jalan raya,
mengapa tidak melakukannya secara sukarela menggunakan 1 jam saja di
waktu sahur untuk bangun , sholat dan berdo’a ?
Satu
jam untuk sholat malam adalah waktu yang cukup untuk bisa menikmati
raka’at-raka’at dan sujud-sujud panjang dalam 11 raka’at shalat malam
kita. Waktu yang cukup untuk mengungkapkan segala kegalauan hati kita
kepadaNya, memohon pertolongan dan solusi atas segala permasalahan hidup
kita hanya kepadaNya.
Pada
umumnya kita rela bangun lebih pagi dan pulang lebih malam untuk bisa
memenuhi disiplin kerja kita di kantor, sebagai imbalannya kantor kita
menjanjikan gaji bulanan bagi kita dan karir untuk masa depan kita.
Tetapi kantor kita bisa saja tidak memenuhi janji tersebut – tergantung
kondisi perusahaan atau instansi tempat kita bekerja.
Di
lain sisi ada yang menjanjikan satu jam ekstra kita dengan janji yang
pasti dipenuhi, dan bukan hanya janji untuk kepentingan dunia tetapi
bahkan sampai akhirat kita – jaminan karir dunia akhirat ! Karena yang
berjanji adalah Dia Yang Maha Menepati Janji.
Janji ini dikabarkan antara lain melalui hadits berikut : "Sesungguhnya
di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon
kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah
pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam." (HR. Muslim)
Dalam
sejarah banyak contoh-contoh fenomenal yang menunjukkan telah dipenuhi
janjiNya kepada orang-orang yang secara konsisten melakukan sholat
malam. Salahuddin Al-Ayyubi berani berangkat menaklukkan (kembali)
Jerusalem dan berhasil – setelah dia dapati pasukannya melakukan shalat malam di tenda-tendanya.
Muhammad
Al-Fatih tidak pernah meninggalkan sholat malamnya sejak dia baligh,
sekitar separuh dari pasukannya-pun melakukan hal yang sama. Hasilnya
adalah penaklukkan Constantinople dengan strategi perang yang tidak
terbayangkan sebelumnya – bahkan sulit diulangi untuk jaman modern ini
sekalipun.
Kita
memang tidak sedang berperang secara fisik melawan siapapun kini,
tetapi justru itulah umat ini sedang ‘kalah’ dalam berbagai ‘medan
peperangan’ yang bersifat systematis. Kita sedang ‘kalah’ dalam
peperangan pemikiran dan budaya, sehingga sebagian kita harus bekerja
dengan irama yang membuatnya sulit untuk bisa sholat lima waktu dengan
khusu’ dan tepat waktu. Bagaimana bisa sholat tepat waktu dengan khusu’
bila waktu adzan magrib dan isya’ masih di tengah kemacetan lalu lintas ?
Kita
‘kalah’ dengan system kapitalisme ribawi yang mendominasi perekonomian
kita, sehingga untuk urusan jaminan sosial dan jaminan kesehatan para
pekerja – mereka dipaksa secara hukum untuk menerima yang riba.
Kita
‘kalah’ dalam perang ekonomi dimana sekitar separuh penduduk negeri ini
berdaya beli kurang dari US$ 2 per hari, padahal ini baru sekitar 1/5
dari standar nishab zakat yang 40 ekor domba !
Ironinya
kita juga ‘kalah’ dalam system demokrasi – yang seharusnya yang banyak
yang menang, tetapi umat muslim yang banyak di negeri ini kok tidak bisa
menang ? bahkan demokrasi telah menjadi tragedi yang memecah belah umat
menjadi golongan yang sekecil-kecilnya. Umat bukan hanya dipecah antar
partai, bahkan dalam satu partai-pun para pendukung caleg A bisa
berpecah dengan pendukung caleg B. Jama’ah
sholat di masjid-masjid-pun menjadi kaku hubungan antar sesamanya di
musim pemilu, karena sebagian mendukung partai A dan sebagian yang lain
Golput atau mendukung partai lain.
Dalam
skala pribadi-pun kita lebih banyak ‘kalah’ dengan system yang ada,
ketika kita berusaha membangun usaha yang bebas riba, riswah dan
sejenisnya. Kita sering ‘kalah’ ketika berusaha membangun lingkungan
kerja yang bersih dari apa-apa yang tidak diridloiNya.
Maka
banyak sekali ‘peperangan-peperangan’ yang masih harus kita menangkan,
sedangkan kita amatlah lemah kecuali bila kita bisa menghadirkan
pertolonganNya. Sholat malam adalah salah satu jalan yang kita semua bisa tempuh untuk menghadirkan pertolonganNya itu.
Perencanaan
kita terbatas dan usaha kita-pun sulit untuk bisa maksimal, maka hanya
kehadiran pertolonganNya-lah yang bisa menyempurnakan segala usaha kita.
Bila untuk ini diperlukan 1 jam ekstra di waktu sahur, apakah terlalu
berat ?
Apakah
terlalu berat untuk misalnya membiasakan bangun dan sholat malam
sekitar jam 3 dinihari untuk satu jam saja, sedangkan kita punya begitu
banyak waktu tidur di jam-jam yang lain ? Kita bisa tidur dalam
perjalanan pergi dan pulang kantor selama berjam-jam. Kita bisa juga
membiasakan tidur satu jam lebih awal dari biasanya agar nanti bisa
bangun jam 3, dan berbagai cara lain yang bisa kita tempuh untuk
mendapatkan waktu 1 jam ekstra yang amat sangat berharga tersebut.
Bukan
hanya berharga untuk kehidupan kita di dunia tetapi juga yang lebih
utama tentu untuk kehidupan kita di waktu yang tidak terbatas – yaitu di
akhirat nanti. Sholat malam
kitalah yang insyaAllah bisa membuat Allah tertawa, dan bila Allah
tertawa pada kita selagi hidup di dunia – insyaAllah kita tidak akan
dihisabnya di akhirat kelak. Dalilnya adalah dua hadits berikut :
“Ketahuilah,
sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki: Seseorang yang
bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia
berwudhu’ dan melakukan shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
kepada para Malaikat-Nya, 'Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?'
Mereka menjawab, 'Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa
yang ada di sisi-Mu dan takut dari apa yang ada di sisi-Mu pula.' Allah
berfirman, 'Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia
harapkan dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.” (HR. Ahmad).
Dari Nu’aim bin Hammaar : “Bahwasannya
ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam : “Syuhadaa’ apa yang paling utama ?”. Beliau shallallaahu
'alaihi wa sallambersabda : “Orang yang apabila masuk di barisan
perang/jihad, maka mereka akan memfokuskan wajah-wajah mereka hingga
terbunuh. Mereka itulah orang-orang yang pergi menempati kamar-kamar di
surga yang tinggi. Rabb mereka tertawa kepada mereka. Dan apabila Rabb
mu tertawa kepada seorang hamba di dunia, maka ia kelak tidak akan
dihisab.”” (HR. Ahmad).
Mari
kita luangkan 1 jam di malam hari untuk membuat Allah tertawa selagi
kita hidup di dunia ini, agar kita juga bisa terus tertawa di dunia ini
sampai akhirat nanti. Kita sudah rela membuang waktu kita berjam-jam
setiap hari untuk berbagai aktivitas kita yang lain, mengapa tidak
meluangkan yang 1 jam di waktu sahur ini untuk beribadah dan memohon
pertolonganNya ? InsyaAllah kita bisa !
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: 1 Jam Ekstra, Agar Allah Tertawa…
Ditulis oleh Gerai Dinar Purwakarta
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://geraidinarpurwakarta.blogspot.com/2014/05/1-jam-ekstra-agar-allah-tertawa.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Gerai Dinar Purwakarta
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar