9 Pelajaran Dari Pekerjaan Terbaik
Senin, 19 Mei 2014
0
komentar
- Published on Tuesday, 20 May 2014 07:32
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Bila pekerjaan terbaik kedua
setelah berjihad itu adalah menggembala, mestinya ini mengundang
pertanyaan atau keingin tahuan kita, ada pelajaran apa sebenarnya dalam
pekerjaan ini ? dan mengapa sampai seluruh nabi melakukannya ? Maka
tanpa terasa sudah 5 tahun berlalu sejak kami mulai bergelut dengan
dunia ternak dan akhirnya menemukan kembali konsep menggembala - yang
nampaknya memang harus dihidup-hidupkan kembali jenis pekerjaan yang
luar biasa ini. Setidaknya kami menemukan ada 9 pelajaran yang bisa
dipetik, yang tidak akan mudah ditemukan di pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Sembilan pelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Communication
Si
penggembala tidak bisa berkomunikasi verbal dengan domba-domba
gembalaannya, tetapi dengan berbagai cara dia harus bisa menggiring
domba-dombanya dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia harus bisa
memberi tahu batas mana yang boleh dilewati dan mana yang tidak, mana
yang boleh dimakan dan mana yang tidak.
Ketika
sore hari domba-domba telah kenyang, domba-domba tidak bisa memberitahu
si gembala bahwa mereka telah kenyang – si gembalalah yang harus tahu
sendiri bahwa gembalaannya telah cukup makan hari itu dan waktunya
diajak pulang.
Proses
berangkat pagi ke daerah gembalaannya dan pulang di sore hari ini harus
dilakukan dengan tidak memaksa domba-domba tersebut, mereka harus
berjalan beriringan dengan suka rela. Proses perjalanan yang indah ini
bahkan dipuji Allah dalam Al-Qur’an : “Dan
kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya
kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.” (QS 16:6)
Untuk pelajaran komunikasi dari gembala ini sudah kami buatkan video klipnya sendiri dan dapat disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=3YPis-1Ukjg.
2. Empathy
Komunikasi
non-verbal dengan domba-domba yang tidak bisa bicara, hanya bisa
dilakukan secara efektif bila si gembala ‘bisa merasakan’ apa yang
dirasakan oleh domba-domba gembalaannya.
Di
kandang kami ada sekitar 800-an domba berbagai jenis dan kambing. Dalam
jarak sekitar 200 m dari kandang domba tersebut – terhalang pohon dan
bangunan sekalipun – saya bisa tahu apakah domba dan kambing kita
tersebut ada yang lapar, ada yang sakit atau ada yang mengganggunya.
Dari
mana saya bisa tahu ? dari nada suaranya ! bila hening tidak ada suara
sedikit-pun dari mereka – berarti semua mereka dalam kondisi kenyang,
sehat dan tidak ada yang mengganggunya .
Bayangkan ini ketika Anda menjadi panitia qurban dan mengelola beberapa puluh ekor domba saja, betapa berisiknya ! Mengapa ? Pertama
bisa jadi karena makanannya tidak pas, tetapi yang jelas karena
hewan-hewan qurban yang baru didatangkan dari tempat lain – mereka tidak
merasa comfortable di lokasinya yang baru. Banyaknya orang atau anak-anak yang melihatnya, membuat mereka merasa terancam.
Lantas
bagaimana membedakan suara domba yang lapar, yang sakit dan yang merasa
tidak aman ? Ini bagian yang sulit diajarkan seperti dalam video klip
tersebut di atas, harus dirasakan dan dilatihkan ke pendengaran kita !
3. Leadership
Domba
adalah hewan sosial yang akan selalu berkelompok dengan sesamanya
setiap saat memungkinkan. Dengan mudah mereka mengetahui pemimpinnya
tanpa susah-susah Pemilu !
Kita
akan mudah sekali mengarahkan domba-domba tersebut dalam proses
penggembalaannya, bila kita juga bisa tahu siapa pemimpin para domba
tersebut. Bagaimana kita bisa mengetahuinya ?
Cara yang relatif mudah – tetapi tetap harus dilatih -
adalah dengan mengamati gerombolan domba yang lagi merumput. Seluruh
domba umumnya akan merumput dengan lahap – sambil menjaga visual contact dengan sekitar 5 domba lainnya. Sejauh tidak ada yang mengganggunya mereka akan terus asyik merumput dengan tenang dalam formasi ini.
Tetapi
di antara mereka ada domba yang nampak tidak tenang dalam merumput,
sekali-kali mengangkat kepalanya dan menoleh ke kanan dan ke kiri –
seolah sedang mempelajari lingkungannya. Inilah domba pemimpin itu ! dia
tidak makan kenyang meskipun seluruh domba lain dalam kawanannya makan
dengan kenyang.
Karena
perilakunya yang sebentar-sebentar mengangkat kepala tersebut, domba
pemimpin yang paling dahulu tahu – bila ada bahaya yang mendatanginya,
dia akan berlari dan yang lain mengikutinya – termasuk si
penggembalanya.
4. Wisdom
Domba-domba
yang digembala membangun kearifannya sendiri. Dia makan rumput dan
hijauan lainnya dari berbagai jenis, sebagian untuk membuatnya kenyang,
sebagian untuk membuat rasanya enak, sebagian lagi untuk obat dan
sebagiannya untuk diambil airnya.
Domba
tidak makan rumput dengan mencabut akarnya – seenak apapun rumput
tersebut. Seolah mereka tahu bila sampai tercabut akarnya akan
mengganggu kelangsungan makanan mereka berikutnya.
Meskipun
tidak ada syariat yang mengatur domba-domba dalam gembalaan ini, juga
tanpa catatan sipil yang menjadi database mereka – domba-domba tersebut
tidak mengawini keturunannya sendiri. Seolah mereka juga tahu, bila ini
mereka lakukan akan merusak keturunan berikutnya.
Penggembala yang paham kearifan para domba ini, dia akan tahu persis apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak.
5. Patient
Menggembala
menuntut dan melatih kesabaran. Seorang penggembala tidak boleh
memaksakan kehendaknya dengan mendorong dari belakang domba-domba
tersebut untuk berjalan ke arah yang dia inginkan.
Cara mengarahkan domba adalah dengan me-lead dan
bukan memberi instruksi. Dengan mengetahui pemimpinnya kemudian
menggiring lebih dahulu pemimpinnya, maka gerombolan domba akan
mengikuti kearah mana sang pemimpin berjalan.
Penggembala
domba harus belajar sabar untuk memahami apa maunya domba-domba dalam
gembalaannya, dan bukan sebaliknya memaksa domba-domba tersebut
mengikuti kemauan si penggembala. Fungsi
penggembala adalah mengarahkan dan melayani dengan kesabaran, bukan
memerintah ! Karena domba-domba tidak akan paham dengan perintahnya.
6. Insight
Penggembala
harus berwawasan lingkungan, dia melihat kedepan untuk bisa tahu lahan
gembalaan mana yang siap untuk menggembala domba berikutnya. Dia harus
juga menoleh kebelakang untuk tahu kapan lahan-lahan gembalaan yang
telah dilaluinya akan kembali tumbuh rumput untuk siap digembala lagi
dalam putaran berikutnya.
Dia
melihat ke kanan untuk mengetahui tanaman mana yang boleh dimakan
dombanya, dan melihat ke kiri pula untuk mengtahui tanaman-tanaman mana
yang tidak boleh dimakan.
Dia
melihat kebawah untuk mengetahui apakah rumput-rumput yang sedang
dimakan oleh gembalaannya memadai. Dia juga melihat ke atas untuk
mengetahui perubahan cuaca dan musim. Dengan wawasan inilah dia akan
bisa menjaga keamanan, kesehatan dan kesejahteraan gembalaannya.
7. Endurance
Tidak semua lahan gembalaan dipenuhi hijauan untuk ternak gembalaannya, dan keteduhan untuk sang penggembala sendiri berteduh. Penggembala-penggembala di Sudan, Somalia dan Djibouti – tiga negara pengekspor domba tahun lalu ke Saudi Arabia adalah contoh lahan gembalaan yang sangat menuntut daya tahan para domba dan penggembalanya.
Alhamdulillah
lahan-lahan gembalaan kita tidak se-ekstrem mereka, kita menggembala
diantara pepohonan dan rumput-rumput yang hijau. Menggembala bagi kita
adalah seperti piknik bagi saudara-saudara kita di tiga negara tersebut
di atas.
Meskipun
demikian, bagi yang belum terbiasa tetap harus bisa membiasakan diri
bekerja dalam lingkungan yang nyaris tanpa teman bicara kecuali
domba-domba dalam gembalaannya tersebut. Dibutuhkan daya tahan dan
passion sendiri untuk ini.
8. Adherence
Domba-domba
gembalaan tersebut umumnya memiliki kesetiaan dan ketaatan baik kepada
pemimpinnya maupun kepada arahan sang penggembala. Bila dilarang makan
tanaman tertentu, si penggembala cukup memberi aba-aba dengan tongkatnya
– domba-domba tersebut sudah akan paham maksudnya.
Sangat
jarang domba yang sampai perlu dipukul atau dihukum karena membandel
dengan arahan si penggembala. Si pengembala umumnya membawa tongkat
tetapi bukan untuk memukul, untuk domba sekedar tahu saja bahwa ada
tongkat untuk memukul - tetapi tidak harus digunakan !
Tongkat si penggembala – seperti tongkatnya Nabi Musa Alaihi Salam dalam dialog sebagai berikut : “Berkata
Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul
(daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang
lain padanya"” (QS 20 :18).
Tongkat
serba guna Nabi Musa Alaihi Salam tersebut di kemudian hari juga
berguna untuk melawan tukang sihir, memukul batu untuk memancarkan 12
mata air dan yang sangat fenomenal adalah untuk membelah lautan.
Tongkat serbaguna ini adalah tongkat ketaatan, bukan tongkat untuk menghukum !
9. Jama’ah
Seperkasa apapun domba jantan, dia tidak akan mengembara sendirian. Bahkan ketika sedang asyik makan-pun mereka harus dalam visual contact dengan sekelompok domba lain.
Sifat
insting domba yang sudah cenderung menggerombol ini akan memudahkan si
penggembala mengelola domba-domba dalam gembalaannya. Bisa Anda
bayangkan bila domba-domba tersebut memiliki kemauan sendiri-sendiri,
akan betapa sulitnya domba-domba ini digembalakan.
Seandainya
saja umat Islam yang sangat banyak di negeri ini tahu betul siapa
pemimpin sejatinya, kemudian semuanya siap bermakmum di belakangnya –
bukan mencari jalan sendiri-sendiri – maka akan betapa besar kekuatan
umat ini.
Begitu banyaknya pelajaran dari pekerjaan terbaik – menggembala - ini yang
bisa kita tularkan untuk berbagai pekerjaan dan urusan lainnya, maka
kami berminat untuk mulai membuka kelas outbound menggembala di
lahan-lahan gembalaan kami. Outbound yang bisa diikuti oleh anak-anak TK
sampai eksekutif perusahaan dan calon pemimpin negeri.
Kita
semua perlu napak tilas apa yang dilakukan oleh seluruh nabi-nabi agar
kita bisa belajar dari pelajaran yang tidak bisa diajarkan ini -
pelajaran yang harus ditempuh dengan mengalaminya sendiri. InsyaAllah.
Baca Selengkapnya ....