Menangis Di Bumi Nan Cantik…
Senin, 28 April 2014
0
komentar
- Published on Sunday, 27 April 2014 08:03
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Akhir
pekan ini saya menikmati perjalanan kereta melalui tiga provinsi yaitu
dari Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Setelah melewati Jakarta
dengan kekumuhan pinggir rel dan hiruk pikuknya, memasuki daerah Jawa
Barat yang hijau terasa tentram dan penuh syukur rasanya – kita
dikarunia bumi yang seindah ini. Puncak keindahannya adalah ketika
sampai ke Jawa Tengah di daerah yang secara harfiah disebut Bumi Nan
Cantik (Bumiayu !) - alam terasa sangat indah dengan air jernih yang
mengalir di mana-mana dan hijaun membentang sejauh mata memandang.
Tetapi justru disinilah hati ini menangis ! mengapa ?
Ironi
demi ironi saya temukan sepanjang perjalanan. Jakarta dengan tingkat
PDB per kapita yang mencapai angka Rp 126.12 juta tahun 2013, seharusnya
penduduknya makmur dilihat dari standar manapun. Dibandingkan standar
kemiskinan US$ 2/hari-nya Bank Dunia, berarti penduduk Jakarta sekitar
15 kali lebih makmur. Dibandingkan dengan standar nishab zakat 20 Dinar,
maka penduduk Jakarta rata-rata adalah lebih dari 2.5 kali dari standar
kemakmuran Islam ini.
Tetapi
mengapa kekumuhan masih terlihat di mana-mana ?, ya karena terjadi
ketimpangan dalam angka PDB tersebut. Di Jakarta tempat berkumpulnya
para konglomerat dengan pendapatan selangit, pada saat yang bersamaan
juga menjadi tempat tinggal penduduk miskin yang luar biasa jumlahnya.
Ketika
kereta memasuki daerah Jawa Barat, bumi mulai menampakkan keindahannya.
Kehijauan ada di mana-mana, tetapi sayang sekali ternyata keindahan dan
kehijauan tidak identik dengan kemakmuran. Jawa Barat yang langsung
berbatasan dengan DKI Jakarta, ternyata hanya memiliki PDB per kapita
yang kurang dari seperlima Jakarta – angkanya di sekitar Rp 23.01 juta
per kapita untuk tahun 2013.
Memasuki
Jawa Tengah, bumi nampak semakin indah. Ketika kereta melewati Bumiayu –
entah siapa dan kapan daerah ini diberi nama demikian, yang jelas
kecantikan daerah ini nampak jelas dari dalam kereta. Setiap sekian
menit perjalanan kereta, Anda akan dengan mudah menemukan sungai-sungai
yang mengalirkan air yang (masih) sangat jernih. Rerumputan yang hijau
tebal menghiasi tanah-tanah di sepanjang kanan-kiri rel kereta – entah
berapa kilometer panjangnya.
Yang
membuat hati menangis adalah justru keindahan ini. Mengapa di bumi yang
begitu Indah ini PDB rata-rata penduduknya (Jawa Tengah) hanya sekitar
sepertujuh dari DKI Jakarta ? PDB per kapita Jawa Tengah hanya 18.75
juta untuk tahun 2013. Angka ini bila dilihat dari standar kemiskinan dari kacamata nishab zakat, hanya 47% dari nishab zakat !
Salah
satu sebab yang menjadikan penduduk negeri ini tidak mencapai
kemakmuran yang seharusnya barangkali karena kita kurang pandai atau
kurang serius memanfaatkan sumber daya yang melimpah di alam. Air jernih
dan rerumputan hijau yang merupakan kemewahan bagi saudara-saudara kita di Sub-Sahara Afrika misalnya, nyaris tidak dimanfaatkan sama sekali dan bahkan cenderung disia-siakan.
Dengan
mata kepala saya sendiri (dan ini yang membuat hati menangis !), saya
melihat rerumputan hijau tebal di sepanjang pinggiran rel kereta
tersebut dibabat dan dibakar ! Tidak-kah (pemimpin-pemimpin) mereka
pernah membaca : “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”(QS 3:191) ?
Kalau
saja rerumputan yang melimpah di pinggir rel, di pinggir jalan raya,
dibawah kebun-kebun, di area kehutanan – tidak dibabat dan dibakar,
tetapi dikerahkan domba untuk ‘merapikannya’ sekaligus memupuk lagi bumi
yang dipijaknya – betapa banyak kemakmuran yang bisa dihasilkannya .
Tentu
perlu hal-hal teknis yang dipersiapkan, misalnya bagaimana agar domba
yang digembalakan di pinggir rel kereta dan dipinggir jalan raya/tol
tidak malah membahayakan keselamatan manusia yang lalu lalang dengan
kereta dan kendaraannya. Tetapi masalah ini tidak sampai memerlukan rocket scientist untuk memikirkannya, salah satu solusinya adalah dengan menggunakan teknik precision grazing – penggembalaan presisi – yang pada waktunya akan saya tulis dan jelaskan secara terpisah, insyaAllah sudah sangat cukup.
Bila dari 8 ekor domba untuk bisa mencapai 40 ekor domba perlu waktu 2-4 tahun,
dan kita tahu standar nishab zakat untuk domba adalah 40 ekor – maka
hanya perlu waktu 2-4 tahun inilah penduduk yang penghasilannya dibawah
nishab zakat (miskin) bisa diangkat menjadi wajib zakat (kaya). Tetapi
mengapa hal yang sangat masuk akal ini belum dilakukan atau dicoba
lakukan ?
Salah
satunya adalah karena ayat-ayatNya baik yang qauliyah seperti ayat
tersebut di atas, maupun yang kauniyah seperti rumput hijau yang
melimpah di bumi nan cantik ini – belum dibaca, belum dipahami apalagi
ditindak lanjuti.
Maka
perjalanan saya kali ini menjadi sangat relevan. Di ujung perjalanan
saya berhenti di stasiun Purwokerto, di kota pelajar yang berusaha
mengejar kota-kota pelajar lainnya yang lebih dahulu tumbuh ini – saya
dan team hadir untuk membuka cabang sekolah kami Kuttab Al-Fatih yang ke
enam.
Apa
bedanya Kuttab Al-Fatih dengan sekolah-sekolah lainnya ? Di Kuttab
Al-Fatih, anak-anak bukan hanya diajari membaca, menghafalkan dan
memahami ayat-ayat qauliyah – ini memang menjadi standar kami, anak 12
tahun lulus Al-Fatih standar minimalnya hafal 7 juz dan mulai mengerti
dan melatih penerapannya di beberapa bidang – tetapi juga melatih mereka
untuk bisa membaca, memahami dan merespon ayat-ayat kauniyahNya.
Bersama
Kuttab Al-Fatih Jawa Tengah yang telah lahir sebelumnya – yaitu yang di
Semarang , kehadiran Kuttab Al-Fatih Purwokerto ini diharapkan dapat
mengakselerasi kehadiran generasi unggulan – yang nantinya insyaAllah
mampu dengan sungguh-sungguh dan nyata dalam ikut merespon perintah
Allah untuk memakmurkan bumi ini. InsyaAllah
NB:
Bagi Anda yang di Purwokerto dan ingin tahu lebih lanjut dapat datang ke Kuttab Al-Fatih. Perum Sumampir Indah, Purwokerto Utara. Contact : Ustadz Fajar di no HP 0857 7720 5717
Baca Selengkapnya ....